Majukan Sektor Pertanian Lahan Kosong untuk Masyarakat Maju
Meski bukan bagian dari ahli pengamat ekonomi, tapi sebagai masyarakat dan juga seorang ibu rumah tangga yang konon merupakan menteri keuangan dalam ruang lingkup keluarga, isu perekonomian kerap menjadi hal serius untuk saya amati. Setidaknya saya butuh tahu kondisi perekonomian secara global, sehingga bisa membayangkan apakah akan terpengaruh dalam keuangan keluarga saya.
Dampak Krismon bagi
Masyarakat Kecil
Maka ketika saya
membaca tentang resesi keuangan di beberapa negara yang dapat menyebabkan
ekonomi global 2023 kemungkinan mengalami titik gelap. Langsung ingatan saya
kembali ke tahun 1998, dimana ekonomi Indonesia minus dan kondisi setiap
keluarga saat itu mengalami imbasnya. Sampai muncul ikan laut yang diberi nama
ikan krismon
Untuk keluarga yang
mengalami masa krisis ekonomi tahun 1998, pasti sangat familiar dengan ikan
krismon yang sebenarnya adalah ikan tembang lemur. Disebut ikan krismon karena
waktu itu tahun 1998 ikan tersebut muncul sangat banyak, sangking banyaknya
jadi murah sekali. Saat bahan pangan naik semua, terutama jenis protein, ikan
krismon ini menjadi dewa penolong.
Masyarakat kelas bawah
tetap bisa memenuhi protein dengan lauk ikan krismon. Anak-anak Indonesia tidak
terancam kekurangan nutrisi meski kondisi ekonomi sedang minus sekali. Saya
ingat betul, bagaimana ibu saya setiap hari menyajikan lauk ikan krismon dengan
diolah beragam variasi. Kadang digoreng begitu saja, kadang dibalado, dipepes.
Memang pemenuhan
nutrisi untuk anak itu penting banget, apalagi anak-anak merupakan generasi
masa depan Indonesia. Jika tahun 2023 benar terjadi resesi kita harus
memikirkan perekonomian masyarakat kecil, solusi pemenuhan nutrisinya, solusi
agar masyarakat tetap stabil dalam berpenghasilan. Bukan hanya PR Pemerintah,
tapi menjadi PR kita semua untuk saling bahu-membahu membantu masyarakat agar
tetap mendapat pangan layak meski ekonomi sedang minus.
Karena itu melihat
gerakan anak muda bernama Vania Febriyantie yang memanfaatkan lahan kosong
sebagai lahan pertanian untuk diberdayakan oleh masyarakat, ditanami beragam
tanaman yang bisa dijadikan sumber pangan dan uang, membuat saya merasa bangga
dan salut. Di mana saya kemudian tertarik untuk menulisnya agar menginspirasi masyarakat Indonesia untuk mengikuti jejak langkahnya.
Perempuan di Balik
Urban Farming di Bandung
Vania Febriyantie
merupakan perempuan kelahiran Lhokseumawe dan alumni jurusan Biologi Universitas
Pendidikan Indonesia Bandung, sosok inspiratif di balik urban farming, Seni Tani Bandung ini
menginisiasi Seni Tani untuk menggerakan pertanian kota dengan memanfaatkan
lahan kosong atau terbengkalai milik Pemerintah, sehingga menghasilkan materi
dan menjadi ketahanan pangan masyarakat setempat. Atas perjuangannya ini dia
dianugerahlan SATU Indonesia Award 2021.
Apa Tujuan dari Seni
Tani
Saat saya tanya dalam sebuah percakapan via WhatApps, karena memang perkenalan kami dimulai dari sapa di media sosial, tentang tujuannya mendirikan Seni Tani bersama teman-temannya, Vania memberikan point-point alasannya tersebut, yakni:
- Adanya lahan-lahan tidur di kawasan Arcamanik, khususnya di Kelurahan Sukamiskin
- Data Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian di Kota Bandung (2021) menunjukan 96% pangan Kota Bandung masih impor, kondisi ini menuntut kita untuk dapat mewujudkan ketahanan pangan lokal.
- Berbagai media menginformasikan tingginya tingkat depresi pemuda di Kota Bandung, salah satu penyebabnya dipicu oleh pengaruh media sosial dan sulitnya mendapatkan pekerjaan di saat pandemi.
Seni Tani Memperbaiki
Tiga Aspek Masalah dalam Masyarakat
Memang seperti
dikatakan Vania, Seni Tani berusaha fokus mengatasi masalah lingkungan, sosial
dan ekonomi. Tiga aspek ini mengalami masalah yang butuh peran masyarakat itu
sendiri, terutama di masa pandemi Covid 19. Untuk aspek lingkungan Seni Tani
mengubah lahan tidur di kawasan lahan SUTT Arcamanik menjadi kebun pangan
pertanian organik berkelanjutan.
Sebagai wujud perbaikan
aspek sosial, Seni Tani pun melibatkan pemuda dan komunitas untuk mendapatkan
nature healing melalui Kebun Komunal, seperti memberikan pelatihan urban
farming, dan menyediakan akses pangan lokal dan sehat. Sehingga tujuan tercapai
pada sasaran yakni masyarakat sekitar. Tanpa memperhatikan aspek sosial, tentu
tidak akan mudah membuka wawasan dan minat masyarakat akan urban farming.
Nah, sementara pada aspek
ekonomi, masyarakat yang terlibat dalam petani muda kota di Seni Tani
mendapatkan impact yang pasti berupa pendapatan dari hasil penjualan hasil tani
mereka dengan pendekatan sistem CSA (Community Support Agriculture). Sistem CSA
ini memunculkan konsumen pasti yang bersedia mendanai pertanian untuk
mendapatkan produk berkualitas, serta memiliki pasar untuk memasarkan hasil
pertanian tersebut. Sehingga saling menguntungkan.
Di Seni Tani CSA
diistilahkan Tani Sauyunan yang memiliki makna 'kebersamaan'. Kebersamaan antara
petani muda dan para anggota CSA yang terdaftar. Tercatat Tani Sauyunan
memasuki periode ke-6 dengan rata-rata 20 orang anggota perbulan. Semakin banyak
Tani Sauyunan, tentu akan semakin sejahtera untuk masyarakat yang memberdayakan
pertanian di lahan kosong ini.
Dampak Positif Urban
Farming dengan Memanfaatkan Lahan Kosong
Petani Seni Tani Panen
Raya
Jenis tanaman yang
ditanam di lahan kosong tergantung dari karakteristik tanah, lingkungan dan
iklim. Menurut Vania, untuk kebun Seni Tani menanam berbagai jenis sayuran
holtikultura, seperti bayam, kangkung, pakcoy, lobak, terong, herbs, dan beberapa
pohon buah seperti pisang, dan papaya. Tentu
saja hasil tanam bisa menjadi
penghasilan masyarakat yang bergabung dalam Seni Tani dengan system CSA atau
Tani Sauyunan seperti yang sudah ditulis di atas.
Sebagai gambaran apa
yang sudah dihasilkan Seni Tani dengan memanfaatkan 1.000m2 lahan tidur ini, per
Januari-Oktober 2021 mereka telah menghasilkan 330.092 kg beragam jenis sayuran
sehat atau organik. Untuk pupuknya mereka juga memanfaatkan dari sekitar, seperti rumput liar, jerami padi, ilalang,
dengan sistem compos lasagna, hingga ampas kopi dari beberapa kedai kopi mitra.
Selain membantu mengolah limbah, meminimalisir budget, juga jadi menciptakan
pupuk yang bernutrisi dan sehat bagi tanaman mereka.
Kendala Mengolah Lahan
Kosong jadi Lahan Urban Farming
Sayangnya nih, dari
cerita Vania, ternyata tidak mudah mendapatkan lahan kosong yang bisa
diberdayakan. Pengurusan permohonan izin pada pihak-pihak berwenang seperti
Pemerintah Kota, sering mendapat pertentangan dari pihak-pihak terkait.
Sehingga proses birokrasi ini membuat lahan untuk Seni Tani terhambat, padahal
jika semua lancar dan Seni Tani dapat melebarkan lahannya, ini sangat membantu
masyarakat dalam mendapatkan penghasilan.
Saya sendiri jadi gemas
membayangkan banyak sekali lahan-lahan kosong yang terbengkalai dan hanya
ditumbuhi rumput liar berpuluh tahun, sementara masyarakat kita kekurangan
lapangan kerja, kekurangan penghasilan dan pangan, ini nyata sekali. Terjadi
tidak hanya pada krismon tahun 1998, tapi juga masa pandemi Covid 19, mungkin
di tahun-tahun mendatang terancam resesi.
Tidak hanya di Bandung,
banyak di daerah-daerah lain, termasuk Kota Jakarta yang memiliki lahan-lahan
kosong tidak dimanfaatkan. Padahal banyak di sekitarnya masyarakat yang tinggal
dalam kekurangan, mengingat ini saya merasa miris sekali. Terutama setelah
ngobrol via WhatsApp dengan Vania dan membaca beberapa artikel yang disodorkan
gadis manis itu. Di negeri ini ada banyak lahan kosong loh, yang bisa jadi mata
pencarian dan asupan pangan bagi masyarakat.
Seandainya banyak tumbuh Seni Tani-Seni Tani di berbagai daerah seperti di Bandung, saya yakin resesi 2023 akan bisa dilewati masyarakat dengan baik. Seperti yang diucapkan Vania saat saya tanya:
“Mengenai resesi yang diprediksikan tahun 2023, menurut
kak Vania, mengolah lahan kosong ini , apakah bisa membantu masyarakat dalam
pangan atau penghasilan?
Jawab Vania, “Tentu
saja bisa.”
Untuk itu Vania secara
pribadi mewakilkan teman-temannya di Seni Tani, berharap kepada Pemerintah atas
pengelolaan lanah kosong sebagai lahan tani, “Pemerintah perlu memberikan akses lahan bagi
pemuda atau orang-orang di perkotaan agar bisa bertani. Saya sering sekali
melihat lahan terbengkalai yang cukup luas di perkotaan, ditutupi pagar.
Mungkin pemerintah bisa memberikan lahan itu agar bisa dikelola warga. Mungkin
dengan membebaskan pajak, mempermudah perizinan, dan sebagainya. Yah, sekalian
untuk menghindari kemubaziran”
SETUJU?
Saya sangat setuju,
mari kita bentuk Seni Tani-Seni Tani lain dengan memanfaatkan lahan
terbengkalai, untuk kemajuan masyarakat Indonesia Apalagi letak Indonesia
berada di daerah khatulistiwa dan beriklim tropis, di mana dapat menghasilkan
pertanian yang subur.
0 komentar